Rasanya seperti menyerahkan diri dalam pesakitan yang luar biasa dimana setiap hari aku harus menerima kenyataan bahwa aku bukan orang yang dia sayangi dengan tulus apalagi sebuah kebenaran bahwa aku tak pernah ada sedikitpun di hatinya.
Mengharap untuk menjadi salah satu bagian dalam pikirannya adalah sama saja dengan mengharap untuk dapat melihat bintang di antara ketebalan mendung sang langit malam.
Pahit rasanya mengingat bahwa aku telah mengorbankan segalanya untuknya.
Sudah lama aku menyadari aku tak kan mendapat balasan apa-apa darinya…
Dan aku pun tau ini sebenarnya hanyalah suatu kesia-siaan yang entah mengapa aku mau melakukannya,,
Tapi aku pun jauh lebih tak mengerti mengapa aku masih betah bertahan dalam kenyataan yang seperti ini. Bahkan dengan segala tangisan air mata yang tak pernah berhenti mengisi hari-hariku kini…
Comments